peristiwa di bidang ekonomi pada masa soekarno

Sanering

sanering atau merupakan istilah lain dari devaluasi merupakan suatu bentuk kebijakan pemerintah untuk menurunkan nilai uang dengan tujuan agar daya beli masyarakat menurun. Istilah sanering seringkali disamakan dengan redenominasi, padahal maksud keduanya berbeda.contoh dari pemberlakuan kebijakan ini:

  1. Sanering Tahun 1950

Pada tanggal 19 Maret 1950, kebijakan sanering pertamakali dilakukan pemerintah Indonesia. Dikenal dengan sebutan “gunting Syarifudin” dimana uang kertas benar-benar digunting menjadi dua, baik secara fisiknya maupun nilainya. Uang kertas yang digunting adalah pecahan Rp5 yang secara fisik digunting dimana hanya bagian kiri nilainya Rp2,5. Sedangkan bagian kanan uang kertas tersebut tidak ada lagi nilainya.
2.      Sanering Tahun 1959
Pada tanggal 25 Agustus 1959, kebijakan sanering kedua diberlakukan. Pada saat itu uang pecahan Rp1000 (dijuluki gajah) menjadi Rp100, dan pecahan Rp500 (dijuluki Macam) menjadi Rp50.
3.      Sanering Tahun 1965
Pada tanggal 13 Desember 1965 kembali dibuat kebijakan sanering yang ketiga. Saat itu Pecahan Rp1000 berubah nilainya menjadi Rp1 (uang baru).
2.      Pembangunan semesta Berencana
Pada era Bung Karno, Negara yang secara politis sudah merdeka menunjukkan bahwa dalam bidang ekonomi rakyat masih tergantung pada suasana penjajahan. Banyak sektor-sektor ekonomi yang belum sepenuhnya dikuasai oleh Negara atau pengusaha-pengusaha nasional. Oleh karena itu, di samping angan-angan untuk mendirikan industri berat, industri-industri pokok, saat itu tidak dilupakan adanya keharusan untuk menguasai sektor-sektor ekonomi yang menjamin kelancaran pembangunan selanjutnya.Indonesia menjadi sumber bahan-bahan mentah untuk di ekspor, dan telah membuktikan bahwa kehidupan ekonomi Belanda didasarkan pada bahan-bahan mentah.Oleh karena itu, maka penting sekali untuk memberikan legalisasi dan pelaksanaan kepada pengambil-alihan perusahaan-perusahaan milik kolonialis Belanda sebagai salah satu dasar untuk menghimpun modal menuju pembentukan ekonomi nasional.
3.      Panitia 13
Panitia 13 adalah sebuah panitia yang dibentuk oleh presiden ir.soekarno untuk mengurus pembentukan cabinet-kabinet pada masa demokrasi terpimpin dimulai dari pertama kail dibentuknya cabinet natsir. Dinamakan cabinet 13 dikarenakan beranggotakan 13 orang. Panitia 13 dibentuk bertujuan untuk upaya perbaikan ekonomi yang dialami pada saat itu. Para pakar ekonomi dan melibatkan partai politik,MPPR, dan Pimpinan DPR,DPA. Panitia ini menghasilkan Deklarasi Ekonomi (Dekon) sebagai setrategi ekonomi pada masa demokrasi terpimpin
4.      Deklarasi ekonomi
Deklarasi ekonomi atau sering disingkat dengan DEKON, adalah strategi ekonomi Indonesia yang dibentuk oleh panitia 13 dalam rangka pelaksanaan demokrasi terpimpin. Dalam peristiwa ini,yakni tanggal 26 Mei 1963, lahirlah beberapa peraturan baru yang kemudian disebut peraturan 26 Mei. 
5. Proyek mercusuar
Politik Mercusuar adalah politik yang dijalankan oleh Presiden Soekarno pada masa demokrasi terpimpin yang bertujuan menjadikan Indonesia sebagai mercusuar yang dapat menerangi jalan bagi New Emerging Forces (kekuatan baru yang sedang tumbuh) di dunia. Proyek-proyek besar dan spektakuler pun diselenggarakan dengan harapan agar Jakarta mendapat perhatian dari luar negeri dengan tujuan membangun hubungan persahabatan dengan negara-negara lain. Beberapa proyek yang dibangun oleh sukarno antara lain:   
  • Gedung CONEFO
Gedung Conference of the New Emerging Forces (CONEFO) yang sekarang lebih dikenal sebagai Gedung DPR, MPR, dan DPD DKI Jakarta. Dibangun dekat dengan Gelora Senayan/Gelora Bung Karno. Gedung besar ini dibangun dalam jangka waktu 17 bulan, pembangunannya juga terhambat oleh karena berlangsungnya peristiwa G30S/PKI .
  • Gelora Bung Karno
Gelora Bung Karno atau yang dahulu disebut Gelora Senayan ini menjadi tempat dilaksanakannya GANEFO. Jika anda pikir bahwa Gelora Bung Karno ini bangunan yang besar, tentu anda juga pasti berpikir berapa lama waktu dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Pasti benar-benar lama. Tidak pada kenyataanya. Gelora Bung Karno dibangun dalam jangka waktu 2,5 tahun. Bukan dengan jin atau semacamnya. Tetapi fakta mengatakan bahwa Rusia pernah mengirimkan arsiteknya ke Indonesia, entah untuk pembangunan Gelora Bung Karno atau yang lainnya.
  • Hotel Indonesia
Hotel Indonesia dibangun sebagai tempat menginap tamu-tamu negara. Diresmikan oleh Soekarno pada tanggal 5 Agustus 1962 untuk menyambut ajang GANEFO yang akan segera diadakan di Jakarta. Dirancang oleh Abel Sorensen dan Istrinya yang berasal dari Amerika Serikat. Menempati lahan seluas 25.082 meter persegi dan memiliki slogan "A Dramatic Symbol of Free Nations Working Together". 
  • Bendungan Jatiluhur
Bendungan terbesar di Indonesia ini dikatakan sebagai salah satu dari sekian rencana pembangunan dari Proyek Mercusuar. Di Bendungan terdapat pembangkit listrik yang berperan sebagai salah satu pemasok listrik terbesar di bawah pengelolaan PT. PLN. Dengan daya tampung 12,9 milyar m3.
  • Masjid Istiqlal
Masjid ini juga merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara yang dirancang oleh Arsitek asli Indonesia yaitu Friedrich Silaban. Pemancangan tiang pertama oleh Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1951, dan selesai pada tanggal 22 Februari 1953. Pembangunan Masjid ini sendiri menghabiskan sekitar US$ 12 Juta (Rp 7 Triliun).
  • Jembatan Semanggi
Jembatan Semanggi dinamai sesuai bentuknya yaitu daun Semanggi, jembatan tersebut terletak di daerah Karet, Semanggi, Setiabudi. Pembangunan ini tidak sepenuhnya mendapat dukungan dari rakyat. Masyarakat menilai bahwa proyek ini hanyalah proyek tidak bermanfaat yang menghambur-hamburkan kas negara. Soekarno tentu tidak mundur dan menampung pendapat masyarakat. Pembangunan dimulai tahun 1961.
  • Patung Selamat Datang
Patung setinggi 7 meter ini berdiri menghadap timur atau arah Bandar Udara Kemayoran yang kini landasan pacunya adalah jalan raya untuk masuk ke Jakarta International Expo (J.I. Expo) tempat diadakannya Jakarta Fair. Tujuan dibangun patung ini adalah untuk menyambut tamu yang datang dari arah Bandar Udara Kemayoran, terutama tamu negara GANEFO.


Hasil akhir dari semua ini adalah kosongnya kas negara. Sudah terkuras habis untuk semua pameran ini. Tapi semua itu tidaklah sia-sia. Semuanya itu hingga saat ini masih menjadi kebanggaan masyarakat Jakarta dan Indonesia.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sultan Syarif Kasim 2

perbandingan pelaksanaan kebijakan pembangunan orde baru